Kejadian ini merupakan aksi brutal yang dilakukan oleh puluhan pemuda yang di duga adalah dari kumpulan geng motor.
Naas bagi Wildan,saat hendak menuju pulang melintas di jalan Jendral Sudirman Sari mulya Kecamatan Kotabaru,pada selasa (23/12/2025) pagi hari pukul 05.00 wib menjadi bulan bulanan di duga geng motor yang hingga kini bebas melakukan aksi aksi brutal mereka.
Luka bacok yang mengerikan ,sepanjang 30 sentimeter menganga dari dahi hingga nyaris merobek matanya. Luka itu bukan sekadar akibat senjata tajam, melainkan simbol kebrutalan puluhan pemuda yang diduga geng motor.
Di ruang perawatan RSUD Karawang, suasana terasa sesak oleh isak tangis. Dian Mardiani, sang ibu, memegang ponsel yang memutar rintihan suara putranya. Sebuah "testamen" kejujuran dari seorang anak yang hampir kehilangan nyawa.
"Demi Allah Bu, Wildan tidak tawuran. Wildan lagi bawa motor tiba-tiba dibacok, dipukuli... Kalau tidak lari, Wildan mati, Bu," bunyi rekaman suara Wildan yang menggetarkan siapa pun yang mendengarnya.
Dian menegaskan bahwa Wildan hanyalah korban salah sasaran atau korban kebuasan murni. Saat itu, pukul 05.00 WIB, Wildan hanya ingin pulang ke rumah setelah bermain di rumah kawannya. Ia tak membawa senjata, ia hanya membawa niat untuk beristirahat.
Kejadian berlangsung kilat namun mengerikan. Wildan yang berboncenganl dengan rekannya berpapasan dengan gerombolan massa motor. Tanpa ada provokasi, tanpa ada teriakan tantangan, sebuah celurit melayang membelah wajahnya.
Setelah terjatuh, bukannya ditolong, Wildan justru dihujani pukulan oleh kelompok pengecut tersebut. Insting bertahan hidup membuatnya mampu bangkit dan berlari di tengah kucuran darah yang membasahi aspal, hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Keluarga telah bergerak cepat. Laporan resmi telah terdaftar di Polres Karawang dengan nomor: STTLP/b/1469/XII/2025/SPKT/Polres Karawang. Jeratan hukumnya jelas: Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 17 Tahun 2016.
Namun, ada nada kecewa yang terselip dalam harapan keluarga. Hingga artikel ini disusun, pihak keluarga menyatakan belum ada satupun penyidik atau petugas kepolisian yang menampakkan batang hidungnya di rumah sakit untuk melihat kondisi korban atau menggali keterangan awal.
"Kami butuh aksi nyata. Anak saya terancam buta! Pelaku 30 orang itu masih di luar sana, mungkin sedang mencari korban baru," ujar Dian dengan suara bergetar namun tegas.
Tragedi Wildan adalah alarm keras bagi Polres Karawang. Ketika seorang remaja di bawah umur dibacok hingga cacat di jalan protokol saat subuh, publik berhak bertanya: sampai kapan celurit geng motor dibiarkan menentukan siapa yang boleh pulang dengan selamat?
Keadilan untuk Wildan bukan sekadar menangkap pelaku, tapi memastikan tidak ada "Wildan-Wildan" lain yang dahinya robek hanya karena ingin pulang ke rumah.
*Nandang*

